Jumat, 13 Mei 2022

Merdeka Mengajar, (Modul 2.3)"Menjadi manusia (secara) utuh"

 Menjadi manusia (secara) utuh


Oleh: Dr.Iwan Syahril,Ph.D.

Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan

Kemdikbud Ristek


Salam dan bahagia ibu dan bapak guru Selamat datang kembali di modul mendidik dan mengajar

Kita akan meneruskan materi tentang menjadi manusia secara utuh, agar kita dapat memahami prinsip dasar untuk mencapai tujuan pendidikan.Yaitu menjadi manusia yang seutuhnya berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang maha esa memiliki dua bagian utama pada tubuhnya yaitu badannya jasmani atau lahir dan badan rohani atau batin.

Atas karunia Tuhan Yang maha esa pula manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir, untuk merasa, dan berkarya.

Bersatunya pikiran, perasaan, dan kehendak dapat menimbulkan daya dan memunculkan budi pekerti yang mengadakannya sebagai manusia merdeka.

Manusia Merdeka yaitu manusia yang dapat memerintah dan menguasai dirinya (mandiri), dan itulah kodrat sebagai manusia.Sehingga, agar manusia mengetahui kebutuhan lahir dan batinnya sendiri, kita sebagai pendidik dapat berperan dalam membantu murid memenuhi kebutuhan lahir dan batin agar mencapai keseimbangan dalam menjalani kehidupan.

Kita tidak bisa membantu memenuhi kebutuhan hanya pada salah satu bagian, karena badan lahir dan badan batin pada manusia tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.

Maka pendidikan atau tuntunan seyogyanya mampu memberikan "didikan lahir" maupun "didirikan batin."Kepada para murid, agar terpenuhi kebutuhan kehidupan dan penghidupannya.

Menurut Ki Hajar Dewantara"Pendidikan adalah persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, dan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani."

Ibu dan bapak guru, kebudayaan merupakan hasil budi manusia secara lahir dan batin yang didapat dari perjuangan terhadap dua pengaruh kuat, yaitu "alam dan zaman."

Pengembangan budi pekerti berupa olah pikiran (pola cipta) olah rasa (pengembangan budi pekerti) atau karakter,olah karsa atau memuaskan kemauan dan olahraga ( jasmani ) adalah sebuah bentuk pendidikan yang holistik yang akan menuntun bagaimana murid dapat tumbuh kembang secara baik.

Sekaligus menjadikannya sebagai "manusia" yang merdeka, yaitu manusia yang dapat bersandar atas kekuatan lahir dan batinnya sendiri, dan tidak tergantung kepada orang lain.

Dengan demikian, memandang murid sebagai "manusia" secara utuh, harus menjadi dasar kita sebagai pendidik dalam mendampingi murid dan menentukan tujuan belajar, merencanakan pembelajaran sesuai kebutuhan murid (lahir maupun batin), yang akan membantu murid-murid kita mengembangkan kekuatan lahir dan batinnya.

Sebagai pendidik, kita tidak cukup hanya membantu memberikan pengajaran yang berorientasi pada penguatan keterampilan berpikir (kognitif) saja, tapi juga mendampingi murid untuk mengembangkan kekuatan batinnya yaitu sosial, emosi, empati, dan lain sebagainya.

Misalnya, guru mengampu pelajaran yang sifatnya pengetahuan, kemudian menilai murid dengan menggunakan soal pilihan ganda yang cenderung hanya mengingat informasi yang diberikan padahal, beragam informasi dan pengetahuan yang diberikan dan dapat diakses dari mesin pencari dari sumber belajar lain yang ada disekitar murid.

Dapat dibayangkan, ketika seorang guru memberikan soal operasi hitungan bilangan, jika ia hanya memberikan soal-soal dan menilai hasilnya maka mesin hitung seperti kalkulator bisa juga memproses hal yang demikian.

Kekuatan keterampilan berpikir memang benar harus diasah dan ditingkatkan tetapi agar mencapai keseimbangan menjadi "manusia", murid juga sebaiknya dilatih dan dikuatkan kebutuhan batinnya dalam dalam hal murid berkehendak menentukan tujuan belajarnya, mengembangkan kerjasama, membangun empati, menghargai sesama, refleksi diri untuk mengembangkan diri dan tentunya berkontribusi di lingkungan sosial.

Sehingga, pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan murid dan ditujukan untuk memajukan perkembangan budi pekerti, akan membantunya menjadi manusia-manusia yang merdeka.

"Manusia" Merdeka perlu memilih modal keterampilan berpikir atau bernalar yang baik. Keterampilan berpikir atau bernalar membutuhkan proses sepanjang hayat.

Proses mengasah nalar atau keterampilan berpikir murid, menurut Benjamin bloom dan Anderson yang juga disebut level kognitif, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi /mencipta sesuatu. Dapat difasilitasi di semua jenjang pendidikan mulai dari PAUD, dasar, menengah dan perguruan tinggi.

Dan juga yang perlu disadari bagi kita sebagai pendidik, bahwa semua level kognitif dari mulai mengingat sampai mencipta / mengkreasi.Ini dapat dicapai pada semua jenjang pendidikan, dimana kedalaman dan kompleksitas pembelajaran dapat disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak.

Beberapa ahli berpendapat, proses pembelajaran kepada murid tidak harus dimulai dari tingkat kognitif, atau keterampilan berpikir yang mengingat. Tapi dapat juga diterapkan pembelajaran yang terintegrasi, dengan urutan level kognitif atau keterampilan berpikir yang cocok digunakan dalam pembelajaran.

Maka tujuan pendidikan untuk mengasah nalar murid dapat terwujud sebagai bekal pengembangan pendidikan budi pekerti murid.


Mari kita renungkan bersama !

Apakah kita sudah "menjadikan" murid kita "manusia" seutuhnya?

Apakah kita sudah membantu memberikan asupan kebutuhan lahir dan batin murid?

Dan bagaimana cara kita mendampingi untuk mengasah keterampilan bernalar murid dengan sebaik-baiknya?



Salam dan bahagia, ibu dan bapak guru hebat!


Manusia merdeka

Perlu memiliki modal keterampilan berpikir atau bernalar yang baik. 

Melatih keterampilan berpikir atau bernalar membutuhkan proses sepanjang hayat.


Menjadi manusia (secara) utuh

Manusia memilki dua kebutuhan dasar yaitu kebutuhan lahir dan batin. pendidikan seyogyanya dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Video ini mengajak kita bagaimana peran guru dalam memenuhi kebutuhan lahir dan batin murdi mencapai selamat dan bahagia. Apakah cara mendidik dan mengajar kita sudah memenuhi kebutuhan murid?

Referensi:

Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013.

Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013

Tidak ada komentar:

TUGAS DAN WEWENANG PEGAWAI DI KANTOR CAMAT (KECAMATAN)

  A.    CAMAT Tugas dan wewenang seorang Camat dapat beragam tergantung pada regulasi dan kebijakan yang berlaku di suatu negara atau ...