Oleh : Dwi Pertiwi
Di suatu saat ketika hidup begitu berganti tanpa tiada henti tanpa kusadari detik menit dan waktu telah berlalu.Dulu ku hanyalah sesosok wanita kecil ,yang merindukan belaian kasih sayang seorang ibu.Namun kini semua itu telah terobati,Ketika saya beranjak dewasa. Dulu ku hanya menanti dan menanti sesosok ibu yang ku tunggu-tunggu dan kini tibalah semua jerih payahku terobati oleh kesengsaraan yang kualami .Sejak kecil tahun 2008-2009 tepatnya saya Dwi Pertiwi telah lulus di sekolah SMK Muhammadiyah 1 Pringsewu.Dulu saya tidak pernah akan berpikir akan menjadi seorang guru,karena jurusanku dan pekerjaanku sekarang tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan.Namun apa boleh buat berkat support teman rekan kerja Ku.Aku Yakin ini bisa dikatakan sebagai motivasi.Motivasiku sampai saat ini dua orang ibu guru yang selalu menyemangatiku ,membibmbing ,mensuport yaitu Ini Ibu wasriah, S.Pd dan ibu Satriana S.Pd,I.
Mereka sesosok pejuang dan penyemangatku sampai saat ini, sehingga saya bisa menjadi seperti sekarang ini.saya sungguh bahagia, Walaupun saya belum bisa bekerja dengan maksimal, namun pekerjaan ini aku jalani dengan penuh keikhlasan dengan harapan kelak aku bisa membahagiakan sosok ibu.Sesosok ibu yang sebenarnya adalah nenek ku sebut saja Amira namanya ,yang berarti untuk kebahagiaanku Tanpa beliau mungkin aku tidak akan seperti ini,Tanpa beliau hidupku tak akan indah pada saat ini,Tanpa beliau hati jiwa dan ragaku takkan terisi oleh kebahagiaan “oh nenek Sampai detik ini Jasamu selalu ada untukku” sampai saat ini diriku masih bisa berdiri dan masih bisa bahagia namun tak berhenti sampai disini ini saja.Perjuanganku sebagai guru karena begitu banyak hambatan dan rintangan yang kualami sampai saat ini,tapi itu semua tidak menjadikanku patah semangat di SD Negeri 163 Rejang Lebong tepatnya di Desa Air Nau Kecamatan Sindang Beliti Ulu.
Pada saat itu,SD Negeri 163 Rejang Lebong ini,masih SD Negeri 12 Sindang Beliti Ulu.Pengabdianku kini tak terasa sudah hampir 5 tahun berjalan dari mulai gaji yang tidak seberapa ,namun bagiku gaji bukanlah hal yang begitu penting ,karena pekerjaan guru Ialah tanpa pamrih.Pada massa saat itu pertama kali saya mengabdikan diri sebagai guru, saya belum banyak menguasai ilmu,namun berbekal ilmu yang kudapatkan dari sekolah dan dari buku.Aku mulai bisa dan harus bisa menguasai pekerjaanku saat ini. lambat-laun berjalan kinipun aku sudah bisa memberikan ilmuku kepada siswa.
Waktu begitu cepat berjalan dan membuat suasana berubah begitu drastis,Yang dulu hanya bisa melihat buku yang ada di sekolah, namun kini perubahan yang terjadi di sekolahku sangat cepat .Dari buku hanya satu dan kini sudah banyak buku-buku materi yang bisa diberikan kepada siswa.Saya sangat bahagia dengan apa yang terjadi di sekolah kami saat ini,Karena bagiku perubahan sangatlah menunjang keberhasilan sekolah itu sendiri,tanpa adanya fasilitas di sekolah.Sekolah itu tidak akan ada perubahan walaupun guru sudah maksimal dalam bekerja. kenapa ? karena sebenarnya guru atau siswa itu sendiri tidak Malas,karena keadaan,seperti,sangat jauh dari fasilitas baik itu fasilitas listrik ataupun Medan Jalan.Dulu saja ketika saya baru pertama kali masuk sekolah,terkadang sulit sekali mendapatkan air untuk mencuci tangan,karena dulu sekolah kami belum ada aliran air yang bisa mengalir sampai sekolah,bahkan Terkadang ingin rasanya kami sebagai guru memberikan ilmu melalui foto atau gambar,sehingga kita bisa ceritakan sesuatu pelajaran yang menarik kepada siswa.
Rasa pilu,Sedih dan pedih.Air mata ini menetes dengan sendirinya.ketika saya mengingat masa-masa saya mengajar pada tahun 2010.Pada saat itu saya masih belum menikah dan saya baru mulai masuk di SD Negeri 12 Sindang Beliti Ulu ,yang saat ini sudah berganti nama menjadi SD Negeri 163 Rejang Lebong.Mungkin memang benar,jika kita sabar dan ikhlas dalam belajar atau bekerja pasti hasil manis dan pahit itu akan ada dan akan terlihat jelas nantinya di depan mata kita.Bahkan dulu waktu saya mengajar Terkadang ingin tertawa melihat Ada sesosok anak yang begitu nakal.Dia sangat berani kepada guru-guru yang lain namun ketika saya masuk Saya ingin juga bercanda dan tertawa kepadanya.Kenapa tidak? setelah saya masuk di kelas 5 ada seorang siswa yang begitu nakal dan berani menaruh permen karet di kursi ku.Tapi pada saat itu tidak ada yang mau mengaku siswa-siswinya.Hanya diam termenung ,mungkin pikiran anak itu sendiri “Oh Ibu itu tidak akan marah kepadaku karena saya telah menjailinya”, tapi ternyata mereka salah.Saya memanggil salah satu dari siswa itu.Anak yang terlihat pendiam namun nakalnya bukan main,tapi sebenarnya anak itu baik dan anak itu bisa dibujuk secara halus.Nyatanya Selama saya mengajar dia tidak berani lagi berbuat kejahilan.Sebenarnya kalau saya mengingat masa-masa itu Ingin rasanya saya mengulang kembali memori itu.Kisah sedih tapi seruu..Kenapa ingin terulang ?
Sebab,kejadiannya saat itu saya alami tidak terjadi lagi sekarang ini.Anak-anak yang saya Didik sekarang memang nakal cuman wajar dan biasa,tidak seperti anak-anak yang saat itu saya didik.Kalau sekarang sih anak nakal itu wajar,mungkin nakalnya hanya sebatas dengan temannya.Beda dengan anak-anak dulu yang bukanya nakal dengan temannya. Justru malah dia menjahili guru-gurunya yang sendiri.Bahkan Terkadang ada yang dibuatnya menangis.Kenapa tidak ?terkadang guru tidak berbicara kasar kepada anak itu.Justru anak itu melapor dengan kedua orang tuanya dan membicarakan kata-kata yang tidak sesuai dengan apa yang kita bicarakan kan.
Nah akhirnya orang tua itu datang ke sekolah dan melabrak guru tersebut.Wajar kalau guru itu menangis karena apa yang dituduhkan tidak sesuai dengan perlakuan atau kata-kata yang dilaporkan Si Anak.Tapi itu tidak menyurutkan ku.Aku masih tetap bertahan dan harus bertahan demi anak-anakku di Desa Air Nau ini.karena tanpa adanya kesadaran guru sendiri dalam mengajar atau bekerja,tidak akan ada anak yang bisa sukses atau bisa sekolah.
Selama saya mengajar di Sekolah ini,bisa dihitung sedikit sekali guru yang bertahan Disini.Bisa dikatakan mereka pindah atau mutasi ke tempat lain.Tapi harapanku kedepan kepada guru-guru yang ada saat ini tolong bertahan di SD Negeri 163 Rejang Lebong.Walaupun banyak rintangan dan hambatan. saya harapkan kalian bertahan.
Banyak peristiwa yang aku alami bersama guru guru yang lain.Namun semua itu menjadi motivasi dan penyemangat diri ku .Kalau bukan guru-guru siapa lagi yang merubah Pola Pembelajaran dan Kemajuan Pendidikan di Desa Air Nau .
Bagaimana nasib anak-anak kita ?Apakah hanya akan dikendalikan oleh era globalisasi yang mana perubahannya semakin menggila.Globalisasi bukan hanya ada di kehidupan orang dewasa namun terjadi juga di kehidupan anak-anak.Kalau zaman dulu kita hanya bisa bermain kelereng lompat tali atau petak umpet.Tapi sekarang bahkan di Desa Air Nau Alhamdulillah sudah ada listrik.Dan yang mengejutkan Hampir mayoritas anak-anak memegang satu handphone,mereka bisa mengoperasikan handphone.Mereka bisa bermain game,dan juga bisa menghafal lagu-lagu modern tapi belum tentu dia bisa menghafal pelajaran.
Itulah yang menjadi tanggung jawab sebagai guru dan PR bagi saya dan guru-guru yang lain.Sebagai Seorang guru di SD Negeri 163 Rejang Lebong.Saya tidak pernah mengeluh,walaupun pekerjaan itu tidak sesuai dengan apa yang saya pelajari waktu di SMK.Karena jurusan saya berbeda dengan pekerjaan Sekarang.Supaya mengarah ke Profesi saya sekarang.Selanjutnya Saya nekad melanjutkan Pendidikan S1 di Universitas Terbuka.Mengambil Jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar),berkat dorongan Kepala Sekolah,rekan guru-guru dan Suami tercinta.O,Ya Suamiku selalu mendukung setiap langkahku.walaupun harus kerja sendiri.demi karier sang istri dan kemajuan Pendidikan di Desa Air Nau.Kini tekadku sudah bulat ingin menjadi menjadi Guru yang sebenarnya.Aku menjalani Profesi sebagai Guru Honor Di SD Negeri 163 Rejang Lebong dengan ikhlas dan berharap semua itu akan indah pada waktunya.Saya hanya bisa berdoa dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa kelak anak-anakku bisa menjadi sosok anak yang cerdas pintar dan kreatif dan berguna bagi keluarga masyarakat dan negara.Itulah ceritaku kali ini tunggu cerita berikutnya..
Salam Literasi
Dwi Pertiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar