Sabtu, 14 Mei 2022

Merdeka Mengajar,"Asas Trikon"(Modul 3.4),Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh

 Asas Trikon


Halo, salam dan bahagia ibu dan bapak guru hebat!

Semoga ibu /bapak guru senantiasa dalam keadaan sehat dan dapat terus belajar bersama.

Kali ini kita akan mengulas materi tentang Asas Trikon: Kontinyu,Konvergen,Konsentris,dalam pendidikan serta contoh penerapannya di dalam kelas, agar kita dapat memahami tujuan dan asas pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Mari kita ikuti bersama !

Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis, pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan juga kondisi murid.Jangan dibayangkan sistem pendidikan sebagai sebuah sistem besar yang hanya dapat dipikirkan dan diurus oleh para pakar dan penentu kebijakan di pusat.

Sekolah atau bahkan kelas juga merupakan suatu sistem pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil, namun merupakan ujung tombak berjalannya sistem pendidikan.Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan masing-masing, sehingga pengembangan satu sekolah dengan sekolah yang lain sangat beragam sesuai karakteristik lingkungannya.

Misalnya, kondisi geografis Indonesia yang beragam mendorong proses pendidikan yang dinamis, sekolah yang berada di lingkungan pantai dapat meng kontekstual kan proses pendidikannya sesuai dengan lingkungan pantai tempat murid tinggal, seperti menanam pohon bakau untuk mencegah abrasi pantai.Begitu pula sekolah yang berada di pegunungan, guru dapat mengajak murid untuk menjaga pohon agar terhindar dari bahaya tanah longsor.

Dengan demikian, guru memfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan murid dan potensi yang dimiliki, sehingga murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan, masalah, serta potensi yang terhubung pada dirinya dengan proses pendidikan yang berjalan sangat dinamis.

Bagaimana menerapkan pembelajaran bermakna bagi murid berdasarkan Asas Trikon?

Kontinyu merupakan pengembangan yang secara berkesinambungan, dilakukan terus-menerus dengan perencanaan yang baik.Budaya, kebudayaan, atau cara hidup bangsa itu bersifat kontinyu (bersambung tak putus-putus).

Dari zaman penjajahan sampai zaman kemerdekaan, perkembangan dan kemajuan kebudayaan, serta cara hidup bangsa terus menerima pengaruh nilai-nilai baru, proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus.

Usaha sadar dan menikmati setiap proses belajar karena dilakukan sukarela .

Pembelajar sepanjang hayat:

  1. Memiliki kemajuan belajar secara sukarela dan berkelanjutan
  2. Mengoptimalkan potensi diri  
  3. Meningkatkan kualitas hidup secara berkesinambungan
  4. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, masyarakat dan sosial
  5. Menghadapi tantangan masa depan dan mengubahnya menjadi peluang

Kemauan belajar rasa ingin tahu dan motivasi internal dalam diri murid perlu distimulasi, sehingga akan melahirkan murid yang memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri atau Self Regulatory Learning.

Ibu dan bapak guru, dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru dapat mengajak murid berkegiatan di halaman dan lingkungan sekitar sekolah. Kemudian guru meminta murid untuk mengamati dan memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi.

Bagaimana lingkungan yang ia amati berpengaruh terhadap hidupnya?

Bagaimana ia berperan dan berpengaruh terhadap lingkungannya?

Harapannya murid akan menjawab dengan berbagai macam hal yang bisa ditemui secara langsung.Seperti pohon-pohon, pot bunga, tempat sampah, sampah yang tertinggal di halaman sekolah, atau bahkan harapan jawaban murid menceritakan pengalaman di lingkungan rumahnya masing-masing.Proses dialog yang terjadi memberikan ruang kepada murid untuk mengekspresikan rasa yang ia miliki dan temukan.

Kemudian, jika ada murid yang merasa tidak tertarik dengan lingkungan sekolah yang sedang dikunjungi, guru bisa berdialog mengenai lingkungan seperti apa yang ingin murid kunjungi dan menarik untuk nya.

Peran guru memfasilitasi,

  1. Menentukan tujuan yang dipelajari 
  2. Memantau proses pembelajaran yang di lalui
  3. Membimbing murid untuk refleksi pengalaman belajar yang telah dilalui murid

Agar ia dapat memahami hubungan dirinya dengan lingkungannya, peran dan tugasnya di dalam lingkungan tersebut, serta kontribusinya dalam menjaga lingkungan.Peran guru membantu murid dalam mengelola respon-respon dan perasaan untuk menemukan dan menentukan tujuan belajarnya.

Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan lingkungannya, iya dapat pula belajar memahami peran dan kontribusi dirinya terhadap lingkungan, serta menindak lanjuti peran dan kontribusinya tersebut.Hal ini juga dapat mendorong terbentuknya kemampuan pengaturan belajar mandiri atau Self Regulatory Learning.

Self Regulatory Learning yaitu kemampuan pengaturan belajar mandiri menjadi bekal murid sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat.

Konvergen yaitu bersama bangsa lain mengusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kesatuan kebudayaan umat manusia sedunia, tanpa mengorbankan nilai/identitas bangsa masing-masing.

Pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktek pendidikan di luar negeri.Seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara, ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia.Misalnya Maria Montessori, Froebel, Rabindranath Tagore.

Menurut Ki Hajar Dewantara "Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang perlu kita jaga dan rawat. Maka, kita hendaknya tidak lantas meniru kebudayaan bangsa lain dan melupakan kebudayaan dari leluhur, tetapi menerima budaya asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia."

Dalam dunia pendidikan pun, banyak sistem pendidikan yang masuk ke Indonesia, tidak lantas kita terima mentah-mentah. Kita perlu mengolahnya dan hanya menerima yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.Konsentris yaitu bersikap terbuka, tetapi tetap kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar.

Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil yang kemudian bersama dengan yang lain membentuk lingkaran besar atau keluarga dan menjadi lingkaran yang lebih besar lagi atau organisasi.

Pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.Tujuan utama pendidikan yaitu menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri.Oleh karena itu, meskipun Ki Hajar Dewantara menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain. Namun, tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.

Implementasi Konsep Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) bisa kita amati atau refleksikan dari apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran.Manajemen kelas yang mengatur berjalannya proses pembelajaran tentunya melalui sebuah perencanaan berkelanjutan (terus -menerus) menghasilkan  pengelolaan perilaku, lingkungan dan kurikulum berjalan efektif.

Konsisten dalam menjalankan manajemen kelas ini, salah satu contoh implementasi "asas kontinyu"dalam pendidikan.Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar, bertanya, dan mengembangkan potensinya.Kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan, ide dan kreativitasnya.

Metode pembelajaran yang disajikan kepada murid bisa merujuk pada berbagai metode pembelajaran baik yang dikembangkan di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti pembelajaran STEAM ( Science Technology Engineering Art Math).

Seringkali pembelajaran STEAM ini dipahami sebagai pembelajaran menggunakan teknologi tinggi, seperti robotik, komputasi, atau coding.Padahal, bisa diartikan lebih luas seperti teknologi fermentasi tempe, teknologi pewarna batik, ataupun teknologi pengawetan makanan seperti pembuatan ikan asin atau ikan asap.

Dengan memahami konsep pembelajaran STEAM, maka guru dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk belajar dengan tetap menghadirkan nilai-nilai lokal.

Meskipun metode pembelajaran dalam pendidikan bisa mengacu pada konsep manapun secara terbuka, tetapi hal itu tetap harus dilakukan secara konsentris,Yakni tetap mempertahankan jati diri bangsa dan menjadi diri sendiri.

Ibu dan bapak guru, mari refleksikan bersama !

Apakah proses pembelajaran yang diselenggarakan telah menerapkan asas trikon dalam (kontinyu ,konvergen dan konsentris)?

Apakah yang dapat dilakukan untuk membimbing proses belajar murid agar sesuai dengan asas Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris)?

Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat !

Salam dan bahagia!


Dengan ilmu kita menuju kemuliaan. ~Ki Hajar Dewantara


Asas Trikon

Asas Trikon dianggap menjadi jawaban yang tepat menuju pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dengan Trikon (kontinyu, konvergen dan konsentris) guru dapat merancang pembelajaran yang berkelanjutan, terbuka dan berdasarkan kebudayaan bangsa. Video ini mengajak kita memahami asas Trikon dan praktiknya dalam pembelajaran.

Referensi:

Ki Hadjar Dewantara - Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Cetakan ke 5: 2013.

Penerbit: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa bekerja sama dengan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 2013

Tidak ada komentar:

SALAH KAPRAH ANTARA GURU DAN MURID TENTANG PANTAT

SALAH KAPRAH ANTARA GURU DAN MURID TENTANG PANTAT  Pak Miko adalah seorang guru asal Jawa Tengah yang baru saja ditugaskan di sebuah desa di...