Selasa, 21 Januari 2025

SALAH KAPRAH ANTARA GURU DAN MURID TENTANG PANTAT

SALAH KAPRAH ANTARA GURU DAN MURID TENTANG PANTAT 


Pak Miko adalah seorang guru asal Jawa Tengah yang baru saja ditugaskan di sebuah desa di Lembak Beliti, Rejang Lebong, Bengkulu. Dengan semangat menggebu, beliau ingin segera mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada anak-anak di daerah tersebut. Namun, siapa sangka, hari pertama mengajar justru menjadi momen yang tidak akan pernah terlupakan oleh warga desa.

Pagi itu, suasana kelas riuh oleh suara tawa dan obrolan anak-anak. Pak Miko masuk dengan percaya diri sambil membawa spidol dan senyuman khas orang Jawa yang ramah.

"Selamat pagi, anak-anak!" seru Pak Miko dengan nada ceria.

"Pagi, Pak Guru!" jawab mereka serempak.

Pak Miko mulai memperkenalkan dirinya dengan antusias. Setelah itu, ia beralih ke materi pelajaran. Ketika sedang menjelaskan tentang anatomi tubuh manusia, beliau tiba-tiba menulis kata "BOKONG" besar-besar di papan tulis.

"Nah, anak-anak, ini namanya bokong! Semua orang punya bokong, kan?" katanya sambil tersenyum lebar.

Sekelas langsung sunyi. Anak-anak menatap Pak Miko dengan mata membelalak seperti melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat. Suasana menjadi tegang. Lalu, salah seorang anak mengangkat tangan dan bertanya dengan ragu.

"Pak Guru... bokong itu maksudnya...?"

Pak Miko, yang belum tahu bahwa kata "bokong" memiliki arti yang berbeda di Lembak Beliti, dengan santainya menjawab, "Ya, bokong itu pantat. Semua orang punya bokong, kan? Kalau tidak ada bokong, nanti gimana duduknya?"

Kelas langsung heboh. Anak-anak mulai cekikikan, beberapa menutup wajah, bahkan ada yang berlari keluar kelas sambil menjerit, "Pak Guru ngomong jorok!"

Berita tentang "guru baru yang ngomong jorok" dengan cepat menyebar ke seluruh desa. Tak butuh waktu lama, seorang warga bernama Ridi datang ke sekolah dengan wajah tegang.

"Pak Guru!" panggil Ridi sambil melangkah masuk ke ruang kelas.

Pak Miko, yang sedang memeriksa tugas anak-anak, menoleh dengan bingung. "Iya, Pak, ada apa ya?"

"Sampeyan ini, kok ngomong kata yang nggak pantas ke anak-anak?" tanya Ridi dengan nada tinggi.

Pak Miko semakin bingung. "Lho, kata apa, Pak? Saya cuma bilang 'bokong', itu kan bahasa umum?"

Ridi langsung naik darah. "Bahasa umum dari mana? Di sini, 'bokong' itu artinya kelamin perempuan! Sampeyan ngajarin apa ke anak-anak ini?"

Pak Miko langsung pucat. "Hah? Lha di tempat saya, bokong itu pantat, Pak! Kalau gitu, saya salah paham..."

"Jelas salah paham! Anak-anak sekarang pada trauma, Pak Guru!" Ridi membalas dengan sengit.

Situasi memanas. Pak Miko mencoba menjelaskan, tetapi Ridi tetap bersikeras bahwa penggunaan kata itu tidak pantas. Perdebatan mereka menarik perhatian warga lainnya, termasuk Hermiani, seorang perempuan muda yang dikenal sebagai "kamus berjalan" di desa tersebut.

"Pak Ridi, Pak Miko, kenapa ribut-ribut sih?" tanya Hermiani sambil melangkah masuk.

Pak Miko segera menjawab, "Bu Hermiani, saya cuma ngomong 'bokong', eh malah dikira ngomong yang nggak-nggak!"

Ridi menimpali, "Iya, Hermiani! Dia ngomong 'bokong' di depan anak-anak! Nggak sopan banget, kan?"

Hermiani langsung tertawa terpingkal-pingkal. "Aduh, aduh, kalian ini salah paham besar! Begini, Pak Miko, di sini 'bokong' itu memang artinya kelamin perempuan. Jadi, kalau mau bilang pantat, bilang saja 'punggung bawah' atau 'pantat' langsung."

Pak Miko langsung menepuk jidat. "Astaga, kenapa nggak ada yang kasih tahu saya dari awal, Bu! Saya jadi malu sendiri."

Ridi yang tadinya kesal juga mulai tertawa kecil. "Ya ampun, kalau tahu gitu, saya nggak bakal marah-marah. Ternyata cuma masalah bahasa aja!"

Hermiani menambahkan, "Ini pelajaran untuk kita semua, jangan langsung marah kalau ada kesalahpahaman. Bahasa itu punya makna yang berbeda-beda, tergantung daerahnya."

Akhirnya, ketiganya tertawa bersama. Pak Miko merasa lega, meski dalam hati ia berjanji untuk lebih berhati-hati menggunakan kata-kata di depan kelas.

Esok harinya, Pak Miko kembali mengajar dengan semangat baru. Namun, kali ini ia membawa papan kecil yang bertuliskan: 'Kamus Pak Miko: Belajar Bahasa Lembak'. Setiap kali ingin menyebut sesuatu, beliau akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan anak-anak.

Anak-anak pun senang karena akhirnya mereka punya guru yang tidak hanya pandai mengajar, tetapi juga mau belajar dari mereka. Dan sejak saat itu, "insiden bokong" menjadi bahan lelucon di desa, yang selalu membuat siapa pun tertawa terpingkal-pingkal.


Selesai.






Tidak ada komentar:

SALAH KAPRAH ANTARA GURU DAN MURID TENTANG PANTAT

SALAH KAPRAH ANTARA GURU DAN MURID TENTANG PANTAT  Pak Miko adalah seorang guru asal Jawa Tengah yang baru saja ditugaskan di sebuah desa di...