PSIKOLOGI
KEJAHATAN DAN KRIMINALITAS
Psikologi Kejahatan dan Kriminalitas adalah cabang ilmu
yang mempelajari aspek-aspek psikologis yang memengaruhi perilaku kriminal.
Dalam konteks Mata Kuliah Jurusan Perpolisian Tata Pamong di
IPDN, topik ini mengajarkan bagaimana faktor-faktor psikologis, sosial, dan
biologis dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan kriminal, serta
bagaimana pemahaman tentang psikologi kriminal dapat membantu kepolisian dalam
upaya pencegahan dan penanganan kejahatan.
Berikut adalah poin-poin utama terkait dengan psikologi kejahatan dan
kriminalitas:
1. Definisi Psikologi Kejahatan
Psikologi kejahatan adalah studi tentang pikiran, emosi, dan perilaku
individu yang melakukan tindak kriminal. Psikologi kriminal berusaha memahami
motivasi dan kondisi mental pelaku kejahatan serta faktor-faktor yang mendorong
mereka untuk melanggar hukum.
2. Faktor-faktor Psikologis dalam Kejahatan
Beberapa faktor psikologis yang dapat memengaruhi perilaku kriminal
meliputi:
· Kepribadian
Antisosial: Seseorang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial
cenderung tidak memiliki empati, sulit memahami norma sosial, dan sering kali
tidak merasakan penyesalan atas tindakannya. Ini bisa menjadi faktor pendorong
tindakan kriminal.
· Tekanan
Emosional: Stres yang berkepanjangan, depresi, atau trauma masa lalu
bisa membuat seseorang lebih rentan melakukan tindakan kriminal, terutama jika
mereka merasa tidak memiliki jalan keluar lain.
· Kontrol
Diri yang Rendah: Individu yang memiliki kontrol diri yang rendah
cenderung lebih impulsif dan tidak mampu menahan dorongan untuk bertindak agresif
atau melakukan kejahatan.
· Pengaruh
Lingkungan: Lingkungan yang buruk, seperti tumbuh di keluarga yang
disfungsional atau di lingkungan yang banyak terjadi kekerasan, dapat
memengaruhi perkembangan mental seseorang, menjadikan mereka lebih rentan terhadap
kriminalitas.
3. Teori-Teori Psikologi Kriminal
Ada beberapa teori dalam psikologi yang mencoba menjelaskan mengapa
seseorang melakukan kejahatan, di antaranya:
· Teori
Belajar Sosial: Menyatakan bahwa perilaku kriminal dipelajari melalui
observasi dan imitasi. Seseorang yang tumbuh di lingkungan di mana kejahatan
dianggap normal akan lebih mungkin meniru perilaku tersebut.
· Teori
Psikoanalitik: Teori ini, yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud,
menyatakan bahwa konflik dalam pikiran bawah sadar, terutama yang berkaitan
dengan trauma masa kecil, dapat memengaruhi perilaku kriminal seseorang.
· Teori
Ketegangan: Menjelaskan bahwa kejahatan terjadi ketika seseorang
merasa frustrasi karena tidak bisa mencapai tujuan yang diharapkan (seperti
kekayaan atau status sosial) melalui cara-cara yang sah, sehingga mereka
beralih ke perilaku kriminal.
4. Profil Psikologis Pelaku Kejahatan
Pemahaman tentang profil psikologis pelaku kejahatan
penting dalam membantu polisi menyelidiki kejahatan. Profil ini mencakup
aspek-aspek seperti:
· Motif
Kejahatan: Memahami alasan di balik tindakan kriminal, apakah pelaku
didorong oleh keinginan akan kekuasaan, balas dendam, atau keuntungan
finansial.
· Jenis
Kepribadian: Misalnya, apakah pelaku memiliki kecenderungan narsistik,
agresif, atau memiliki gangguan mental tertentu.
· Pola
Perilaku: Meneliti pola perilaku pelaku, seperti apakah mereka
menunjukkan pola tindakan yang konsisten atau berubah-ubah, yang dapat membantu
memprediksi kejahatan selanjutnya.
5. Psikologi dalam Pencegahan Kejahatan
Pemahaman tentang psikologi kriminal juga membantu dalam upaya pencegahan
kejahatan, antara lain melalui:
· Identifikasi
Dini: Menggunakan alat tes psikologis untuk mengidentifikasi individu
yang mungkin berpotensi melakukan tindakan kriminal, sehingga dapat dilakukan
intervensi dini.
· Program
Rehabilitasi: Bagi pelaku kejahatan, program rehabilitasi berbasis
psikologi dapat membantu mengubah pola pikir dan perilaku mereka, sehingga
mengurangi kemungkinan mereka kembali melakukan tindakan kriminal.
· Pendidikan
Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang faktor-faktor risiko
psikologis dan sosial yang bisa mendorong kriminalitas, serta cara mengelola
emosi dan stres, dapat membantu menekan angka kejahatan.
6. Peran Psikologi dalam Penyelidikan Kriminal
Dalam penyelidikan kriminal, psikologi juga memainkan peran penting,
terutama dalam:
· Wawancara
dan Interogasi: Menggunakan teknik-teknik psikologis untuk memperoleh
informasi dari saksi atau tersangka dengan cara yang etis dan tidak memaksa.
· Pemprofilan
Kriminal: Berdasarkan bukti-bukti di tempat kejadian dan pola perilaku
yang ditemukan, penyidik dapat membuat profil psikologis pelaku yang mungkin,
yang membantu mempersempit pencarian tersangka.
· Penilaian
Risiko: Memahami tingkat ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh seorang
tersangka berdasarkan perilaku psikologisnya, yang dapat membantu polisi
merencanakan penanganan yang lebih efektif.
7. Hubungan Antara Psikologi dan Kriminalitas
Psikologi membantu menjelaskan bagaimana faktor individu
(seperti kepribadian, emosi, dan kontrol diri) serta faktor eksternal
(seperti pengaruh lingkungan dan tekanan sosial) dapat berkontribusi pada
terjadinya kriminalitas. Dengan memahami ini, kepolisian dapat menggunakan
pendekatan yang lebih holistik dalam menangani kejahatan, termasuk intervensi
psikologis untuk pelaku maupun korban.
8. Kesimpulan
Psikologi Kejahatan dan Kriminalitas memberikan wawasan
penting mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kriminal. Dalam pendidikan
kepolisian, pemahaman tentang psikologi ini sangat berguna untuk pencegahan,
penyelidikan, dan penanganan kejahatan yang lebih efektif. Dengan memahami
motif, pola perilaku, dan faktor-faktor psikologis yang mendorong seseorang
melakukan kejahatan, aparat kepolisian dapat membuat keputusan yang lebih tepat
dalam menegakkan hukum, serta menciptakan strategi yang lebih efektif untuk
mencegah terjadinya kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar