Sabtu, 21 Desember 2024

Legenda Desa Lawang Agung: Kisah dari Kute Giri, Taba Mulan, hingga Lawang Agung


Legenda Desa Lawang Agung: Kisah dari Kute Giri, Taba Mulan, hingga Lawang Agung

(Versi Legenda/Dongeng/Mitos)

Dahulu kala, jauh sebelum desa itu dikenal dengan nama Lawang Agung, berdirilah sebuah perkampungan bernama Kute Giri. Kute Giri adalah tempat yang penuh dengan keindahan alam dan keajaiban yang tak tergoyahkan. Di tengah-tengah hutan belantara itu, masyarakat hidup damai di bawah kepemimpinan seorang pemimpin bijaksana bernama Riye Tandan.

Di masa itu, Kute Giri dipindahkan dan diberi nama baru, Taba Mulan, sebuah desa yang dikelilingi oleh pagar alami berupa rumpun bambu yang tak biasa. Bambu itu dikenal sebagai "Bolo Aou", yang tumbuh dengan rimbun dan memiliki duri-duri tajam seperti tombak penjaga. Masyarakat setempat percaya bahwa bambu ini memiliki kekuatan magis yang melindungi desa dari mara bahaya, termasuk dari serangan binatang buas ataupun musuh manusia. Tidak seorang pun berani menebangnya, karena mereka yakin bambu itu adalah hadiah dari leluhur mereka untuk menjaga kedamaian desa.

Suatu hari, terdengar kabar bahwa pasukan Belanda telah menguasai daerah-daerah sekitar Sindang Beliti dan kini mengincar Taba Mulan. Desa itu menjadi incaran karena letaknya yang strategis dan masyarakatnya yang terkenal dengan kemampuan bercocok tanam yang unggul. Namun, ketika pasukan Belanda tiba di perbatasan Taba Mulan, mereka terhenti oleh dinding alami rumpun bambu Bolo Aou yang tak tertembus.

Komandan Belanda, seorang pria licik bernama Kapten Van der Brugge, menjadi murka ketika anak buahnya melaporkan bahwa mereka tidak dapat masuk. "Apa gunanya kita membawa senjata, jika hanya rumpun bambu yang bisa menghalangi kita?" geramnya. Anak buahnya menjawab, "Tuan, bambu itu tumbuh sangat rapat, durinya tajam, dan terlalu berbahaya untuk dilewati. Bahkan senjata kita tak bisa menembusnya!"

Kapten Van der Brugge tidak kehabisan akal. Dia merancang siasat licik untuk membongkar pertahanan desa. "Bawa peti-peti uang logam kita! Besok, kita akan menghujani desa itu dengan kekayaan!"

Keesokan harinya, pasukan Belanda tiba di dekat rumpun bambu. Dari atas kuda, Kapten Van der Brugge memerintahkan anak buahnya untuk melemparkan peti-peti berisi uang logam ke dalam rumpun bambu Bolo Aou. Suara "kring-kring" dari uang logam yang bergemerincing membuat masyarakat Taba Mulan terkejut.

"Apa itu?" tanya seorang penduduk desa. "Seperti suara uang jatuh!" jawab yang lain.

Masyarakat yang penasaran mulai mendekati rumpun bambu. Mereka melihat kilauan logam di antara dedaunan dan duri-duri. "Ini uang! Banyak sekali!" seru seorang warga. Kabar itu menyebar dengan cepat, dan masyarakat desa berbondong-bondong datang untuk mengambil uang yang berhamburan di sekitar bambu.

Dalam keserakahan mereka, tanpa berpikir panjang, masyarakat mulai menebang rumpun bambu "Bolo Aou' untuk mempermudah mengambil uang logam tersebut. "Awas, jangan sampai durinya melukai kita!" teriak seseorang. Satu per satu, rumpun bambu yang telah melindungi desa selama ratusan tahun akhirnya tumbang.

Ketika siang menjelang dan masyarakat tengah sibuk menghitung uang, pasukan Belanda menyerbu masuk ke desa. Mereka tidak lagi terhalang oleh pagar bambu yang selama ini menjadi pelindung. Masyarakat Taba Mulan tidak sempat melawan. Mereka terkejut dan ketakutan, menyadari bahwa mereka telah termakan siasat licik Belanda.

Kapten Van der Brugge berdiri di tengah desa, tertawa puas. "Sekarang, kalian semua berada di bawah kendali kami! Mulai hari ini, desa ini akan berpindah ke depan, di tempat yang lebih terbuka. Kami akan mengawasi kalian dengan lebih mudah!"

Dengan penuh penyesalan, masyarakat Taba Mulan harus meninggalkan desa mereka dan pindah ke tempat baru yang kini dikenal sebagai Desa Lawang Agung. Tempat itu diberi nama demikian karena di sana terdapat dua batu besar yang menyerupai pintu gerbang (lawang) alami yang seolah menyambut setiap orang yang datang.

Tetua desa yang dahulu sering mengingatkan masyarakat untuk tidak menebang bambu "Bolo Aou'' akhirnya berkata dengan penuh kesedihan, "Kalian telah melupakan pesan leluhur kita. Lihatlah, pagar pelindung kita telah lenyap, dan musuh kini menguasai kita. Jangan pernah lupa bahwa serakah dan kelalaian bisa menghancurkan apa yang selama ini kita jaga."

Hingga kini, kisah tentang bambu "Bolo Aou" yang tumbang oleh godaan uang masih diceritakan dari generasi ke generasi. Legenda Desa Lawang Agung mengajarkan tentang pentingnya menjaga warisan leluhur, bersatu dalam menghadapi ancaman, dan tidak mudah tergoda oleh tipu daya musuh. Meski desa itu kini telah menjadi tempat yang damai, kenangan tentang Kute Giri dan Taba Mulan tetap hidup di hati masyarakat.


(Gese Jiwangwe)
😁😁😁🙏🙏🙏

Tidak ada komentar:

LEGENDA DESA TANJUNG AGUNG: Batu Lebag dan Puyang Ketua

Legenda Desa Tanjung Agung: Batu Lebag dan Puyang Ketua Di tengah lembah hijau yang dikelilingi bukit-bukit tinggi, terdapat sebuah desa ya...