"MUSIM DURIAN DAN SI PELIT DI KAMPUNG JAMBU"
Di sebuah kampung kecil bernama Kampung Jambu, musim durian selalu menjadi saat yang dinantikan. Pohon-pohon durian yang rimbun di kebun warga mulai menggugurkan buah-buah berduri itu, mengundang aroma manis menusuk hidung yang menyebar hingga ke sudut-sudut kampung. Tapi, kali ini, musim durian membawa perubahan besar—bukan pada pohonnya, melainkan pada seorang lelaki bernama Pak Karman.
Pak Karman dulu terkenal sebagai orang yang ramah dan dermawan. Setiap kali musim durian tiba, ia selalu membagi-bagikan hasil panennya kepada tetangga. Namun, tahun ini, segalanya berubah. Pak Karman, entah kenapa, menjadi seperti durian itu sendiri—keras di luar, tajam, dan penuh duri.
(Percakapan di Warung Bu Leni)
Bu Leni: "Eh, kok tumben ya si Karman nggak bawa durian ke warung buat dicicip?"
Pak Udin: "Iya, aku juga heran. Biasanya dia suka bagi-bagi. Tapi kemarin, aku panggil dia pas lagi bawa durian, eh, nggak noleh sama sekali. Kayak pura-pura nggak denger!"
Bu Leni: "Sama aku juga, Din! Aku bilang, 'Pak Karman, baunya enak banget duriannya.' Dia cuma jawab: 'Durian ini hasil beli, Bu. Buat jual lagi!' Padahal aku tahu, itu durian kebunnya sendiri."
Pak Udin: "Aduh, kok gitu sekarang, ya? Apa jangan-jangan pohon duriannya ngomel-ngomel ke dia biar nggak bagi-bagi lagi?"
(Personifikasi Pohon Durian)
Di kebun Pak Karman, pohon-pohon durian berbisik di antara gemerisik dedaunan mereka. Sebatang pohon tua dengan durian yang paling besar, bernama Si Raja Durian, mulai berbicara kepada teman-temannya.
Raja Durian: "Kawan-kawan, lihatlah tuan kita, Pak Karman. Tahun ini dia seperti berubah. Tidak ada lagi gelak tawa tetangga yang mencicipi buah kita di bawah bayangan dahan kita. Semua durian hanya ditimbun di gudang dan dijual ke pasar!"
Pohon Durian Lain: "Iya, Raja. Kita dulu bangga buah kita dinikmati bersama. Sekarang? Hanya suara uang yang didengarnya."
Raja Durian: "Aku ingin berbicara kepadanya malam ini. Aku akan membuat dia mengerti bahwa durian kita bukan sekadar hasil jualan."
(Pertemuan Ajaib di Kebun)
Malam itu, saat Pak Karman sedang menghitung tumpukan uang hasil jual durian, ia mendengar suara gemerisik yang aneh dari arah kebunnya. Dengan senter di tangan, ia berjalan ke sana, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Si Raja Durian—pohon itu seakan hidup! Cabang-cabangnya bergerak perlahan seperti tangan, dan buah-buahnya berpendar dalam cahaya bulan.
Pak Karman: "Apa ini?! Apa aku bermimpi?"
Raja Durian: "Tidak, Karman. Aku pohon durian yang kau rawat sejak muda. Apa kau lupa tujuanmu dulu? Buahku adalah berkah, bukan sekadar dagangan. Kau telah berubah, Karman. Tidak ada lagi cinta dalam panenmu, hanya kerakusan."
Pak Karman: "Tapi aku butuh uang, Raja. Segalanya sekarang mahal. Kalau aku membagi-bagikan durian, bagaimana dengan hidupku?"
Raja Durian: "Apa kau lupa, Karman? Semakin kau berbagi, semakin banyak berkah yang kau dapat. Tahun-tahun lalu, buahku melimpah karena kau dermawan. Tahun depan, jika kau terus begini, jangan salahkan aku jika aku hanya berbuah sedikit."
Pak Karman hanya terdiam. Kata-kata pohon itu menusuk hatinya lebih tajam dari duri durian.
(Kembalinya Pak Karman yang Lama)
Esok harinya, Pak Karman bangun dengan perasaan yang berbeda. Ia membawa keranjang penuh durian ke warung Bu Leni dan memanggil Pak Udin serta warga lain.
Pak Karman: "Mari, mari, semua! Hari ini aku traktir durian. Ambil sebanyak yang kalian mau. Ini hasil kebunku—dan kalian semua berhak menikmatinya."
Bu Leni: "Lho, Pak Karman, tumben kok jadi murah hati lagi?"
Pak Karman tersenyum kecil sambil mengingat pertemuannya dengan Si Raja Durian. "Anggap saja aku diingatkan bahwa berbagi itu jauh lebih manis dari rasa durian mana pun."
Sejak hari itu, Pak Karman kembali menjadi sosok yang dikenang oleh Kampung Jambu. Pohon-pohon durian di kebunnya pun kembali berbuah lebat setiap tahun, seakan tersenyum puas kepada tuannya.
Pesan Moral:
Sebagaimana pohon durian yang menghasilkan buah dari kebaikan tanah dan air, manusia pun harus belajar bahwa berbagi membawa kelimpahan, bukan kekurangan.
(Hiburan 😁😁😁🤭🤭🤭🙏🙏🙏)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar