Jumat, 03 Januari 2025

AJI WELL DAN AJIAN DURIAN SAKTI

"RAHASIA TAKDIR DI BALIK BUKIT HIJAU"

Di sebuah desa kecil bernama Bukit Hijau, hiduplah empat sahabat sejak kecil: Dani, Leman, Wati, dan Mira. Mereka tumbuh bersama, berbagi canda tawa di bawah rindangnya pohon mangga, belajar di madrasah desa, dan bermimpi untuk membawa perubahan besar bagi desa mereka.

Setelah menamatkan pendidikan, mereka bekerja sebagai tenaga honorer di kecamatan terdekat. Pekerjaan itu tidak bergaji besar, namun mereka bersyukur bisa melayani masyarakat. Meski sederhana, persahabatan mereka tetap kuat.

Suatu hari, pemerintah mengumumkan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Seleksi ini menjadi angin segar bagi mereka. Empat sahabat itu sepakat untuk mengikuti seleksi bersama, saling mendukung, dan berjanji tetap bersahabat apapun hasilnya.

Malam-malam panjang mereka isi dengan belajar bersama di pos ronda. Mira, yang cenderung pendiam, sering menjadi penyemangat ketika yang lain mulai putus asa. "Allah sudah punya rencana untuk kita," katanya, sembari tersenyum lembut.

Hari pengumuman tiba. Wati, Dani, dan Leman dinyatakan lulus. Namun, Mira tidak lulus. Saat membaca pengumuman, Mira tersenyum meski hatinya terasa seperti dihantam badai. Sahabat-sahabatnya memeluknya, mencoba menghibur. Tapi Mira hanya berkata, “Mungkin ini bukan jalanku. Kalian harus melangkah dengan baik, aku akan mendukung dari sini.”

Meski terasa pahit, Mira kembali ke desa. Ia mulai membantu ibunya berjualan di pasar dan aktif di organisasi pemuda desa. Ia tak pernah mengeluh, meski banyak tetangga mencibirnya sebagai "gagal." Dalam diam, ia berdoa, memohon petunjuk dari Allah.

Sementara itu, Wati, Dani, dan Leman sibuk dengan pekerjaan baru mereka sebagai P3K. Mereka bangga bisa membantu membangun desa-desa sekitar. Namun, di balik kesibukan mereka, ada rasa kehilangan karena Mira tak lagi bersama mereka dalam pekerjaan sehari-hari.

Waktu berlalu. Dalam keheningan, Mira mulai menemukan jalannya. Ia mencalonkan diri sebagai ketua Karang Taruna dan berhasil. Dengan semangat dan keikhlasannya, Mira membawa perubahan besar. Ia menggalang dana untuk membangun fasilitas desa, membuka kelas keterampilan bagi ibu-ibu, dan bahkan mengajak petani muda untuk mengembangkan teknologi pertanian.

Namanya mulai dikenal di tingkat kabupaten. Lima tahun kemudian, Mira mencalonkan diri sebagai anggota DPRD dan berhasil terpilih dengan suara terbanyak. Dari kursi DPRD, ia terus memperjuangkan kesejahteraan masyarakat kecil, termasuk para honorer. Bahkan, ia menyuarakan kenaikan insentif bagi para P3K.

Pada suatu hari, ia diundang ke acara di kantor tempat Wati, Dani, dan Leman bekerja. Ketiganya terkejut sekaligus bangga melihat Mira menjadi tamu kehormatan mereka. Ketika acara selesai, keempat sahabat itu duduk bersama di bawah pohon mangga, seperti masa kecil mereka.

Dani, dengan mata berkaca-kaca, berkata, “Mira, aku masih tidak percaya. Dari kita semua, justru kamu yang jadi orang besar. Allah memang punya rencana yang indah untukmu.”

Mira tersenyum dan menjawab, “Aku hanya menjalani takdir-Nya. Setiap jalan punya ujian dan nikmatnya. Tapi kita tetap sahabat, kan? Pekerjaan atau jabatan tak akan mengubah itu.”

Hari itu, di bawah bukit hijau, mereka menyadari bahwa takdir setiap orang berbeda. Ada yang jalannya terjal, ada yang datar. Namun, semua itu adalah rahasia Allah yang penuh hikmah. Yang terpenting adalah tetap berusaha dan bersyukur atas apapun yang diberikan-Nya.

Dan sejak saat itu, keempat sahabat itu terus mendukung satu sama lain, membuktikan bahwa persahabatan sejati tak akan pernah pudar oleh waktu atau takdir.

Tidak ada komentar:

AJI WELL DAN AJIAN DURIAN SAKTI

"RAHASIA TAKDIR DI BALIK BUKIT HIJAU" Di sebuah desa kecil bernama Bukit Hijau, hiduplah empat sahabat sejak kecil: Dani, Leman, W...