Rabu, 14 Desember 2022

3.2 Refleksi Dalam Pembelajaran SD


Perencanaan Pembelajaran

Merancang Pembelajaran SD/Paket A


3.2 Refleksi Dalam Pembelajaran SD

Salam dan Bahagia, Ibu dan Bapak Guru!

Pada materi kali ini,kita akan membahas mengenai 

"Refleksi sebagai bagian dari pembelajaran pada jenjang SD"

Apakah Ibu dan Bapak Guru sudah rutin mengajak muridnya untuk melakukan refleksi di kelas ?

Kegiatan refleksi erat kaitanya dengan dimensi Mandiri pada Profil Pelajar Pancasila.

Untuk itu kebiasaan refleksi harus dibangun dan menjadi bagian rangkaian pembelajaran di kelas.


Kegiatan refleksi bukan dilakukan karena kebetulan ada waktu,tapi kita perlu mengadakan waktu untuk melakukan refleksi.

Dengan demikian murid dapat belajar dari proses belajarnya untuk pembelajaran selanjutnya.


Ada 3 hal yang perlu diperhatikan saat memasukkan refleksi dalam kegiatan pembelajaran:

1).Bagaimana membuat pertanyaan refleksi yang sesuai untuk murid ?

2). Kapan refleksi yang dilakukan ?

3).Bagaimana guru memfasilitasi muridnya berefleksi ?


Tiga hal inilah yang akan dibahas pada pembahasan kali ini.


Bagaimana membuat pertanyaan refleksi yang sesuai untuk murid ?

Tentunya perlu disesuaikan dengan tahapan perkembangan murid kita.

a).Pada fase A(7-8 tahun)
 Misalnya: Murid diharapkan dapat melakukan refleksi untuk mengidentifikasi :

-KEKUATAN "Saya belajar membaca, saya berhasil melakukan ......."
-KELEMAHAN "saya masih perlu belajar lagi saat melakukan ..... " 
-KEBERHASILAN "saya masih perlu belajar lagi saat melakukan......"

Dirinya sehingga bentuk pertanyaan bisa disesuaikan dengan kriteria ini.


Pada fase A refleksi Masih berfokus pada ekspresi diri. yang penting murid dapat
-Nyaman berbicara 
-Nyaman menjawab dan -Mengekspresikan dirinya

Guru pada fase A bisa berfokus kepada 3 hal ini dulu, sebelum kepada kualitas jawaban dari murid.

Lalu kita naik ke fase B (9-10 tahun) yang muridnya diharapkan dapat mengidentifikasi situasi yang dapat mendukung dan menghambat pembelajaran dan pengembangan dirinya.

Jadi bentuk pertanyaan juga dibuat untuk membantu murid menemukan situasi tersebut.

Seperti :
-Tahapan apa
Saat mengerjakan proyek ini bagian mana Yang:
A. Paling kamu suka dan bisa melakukannya?
B. dirasa paling sulit kamu lakukan?C. paling kamu puas dengan hasilnya?

Bertanya tahapan apa yang dirasa mudah, sulit atau merasa dirinya paling berhasil.

-Kontribusi
Pada bagian mana kamu berkontribusi paling besar dalam tugas kelompok ini?

-Menghambat
Kondisi apa yang paling menghambat  dirimu saat melakukan proyek ini?

Atau kondisi yang justru paling membantunya.


Pada fase ini,jika murid sudah nyaman berekspresi, guru dapat mengarahkan kepada kualitas jawaban dari refleksi murid.


Naik ke fase C (11-12 tahun),murid diharapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung menghambatnya dalam belajar dan mengembangkan diri serta cara-cara untuk mengatasi kekurangannya.


Jadi bentuk pertanyaan seharusnya dapat 
-Menggiring murid menemukan hambatan dan cara mengatasinya"

Contoh:
Apa saja hal yang menghambat kamu dalam menyelesaikan tugas ini bagaimana kamu mengatasi hambatan tersebut ?

-Membantu memahami dirinya saat belajar
Contoh:
Apa saja hal yang menghambat kamu dalam menyelesaikan tugas ini? Bagaimana kamu mengatasi hambatan tersebut ?

-Menilai hasil kerjanya sendiri
Contoh:
Apa yang ingin diperbaiki saat melihat hasil dari pekerjaanmu?

-Memikirkan bantuan apa yang ia butuhkan
Contoh:
Pada bagian mana Dari hasil pekerjaanmu yang dirasa masih membutuhkan bantuan ? 
Bantuan seperti apa yang diharapkan?

- Serta sumber daya yang paling membantunya
Contoh:
Apa saja sumber daya yang kamu gunakan saat mengerjakan proyek ini? Manakah sumber daya yang paling membantumu?


Tahapan alur perkembangan pada setiap fase inilah, yang menjadi acuan kita dalam membuat pertanyaan refleksi tentunya pertanyaan refleksi.

Juga pertanyaan refleksi juga dapat dikaitkan dengan materi yang dipelajari di kelas.

Misalnya:
Mengaitkan pertanyaan refleksi dengan sikap Bhinneka Tunggal Ika saat mempelajarinya pada pelajaran PPKN, dan sebagainya.

Guru juga dapat memanfaatkan respon murid terhadap pertanyaan refleksi untuk menjadi pertimbangan dalam merencanakan kegiatan belajar di kelas.

Misalnya:
Respon mereka saat menjawab hal yang berkaitan dengan sumber daya yang dapat membantunya belajar lebih baik.


Jenis pertanyaan seperti ini dapat mulai diberikan pada fase B.

-Menurutmu, apa hal yang bisa guru perbaiki untuk membantumu belajar?

-Bantuan apa dari guru yang kamu butuhkan untuk mencapai target tersebut?

Setelah membuat pertanyaan,lalu kapan refleksi dilakukan?

Sebenarnya tidak ada ketentuan baku kapan refleksi dilakukan.
Dikembalikan lagi kepada tujuan dari refleksi itu sendiri.

Misalnya:
Saat melakukan refleksi sebagai bagian dari pembelajaran.

Kita mengharapkan murid dapat melihat kembali 

"Proses belajar yang dilaluinya'

Dan 

"Hasil yang mereka berikan'

Berarti refleksi dapat dilakukan ketika proses sedang berjalan dan di akhir saat sudah ada hasil pembelajaran yang dibuat.

 Misalnya:
-Di akhir unit pembelajaran 
-Setelah Melakukan asesmen formatif -Setelah pembagian hasil tes atau asesmen sumatif
- Di akhir proyek 


Walaupun pertanyaan sudah kita siapkan, bisa saja murid belum melakukan refleksi dengan mendalam.

Terlebih untuk murid yang belum terbiasa melakukan refleksi.

Lalu bagaimana guru memfasilitasi muridnya yang berefleksi ?

Salah satu caranya bisa dengan: -Memberikan daftar capaian-capaian yang dilalui pada serangkaian proses belajar.

Capaian:
1). Saya dapat menjelaskan perbedaan kebutuhan dan keinginan
2). Saya dapat menjelaskan alasan memilih yang diinginkan
3). Saya dapat menulis kata-kata sederhana
4). Saya dapat memahami arti atau makna kata-kata baru


Dari daftar ini,murid dapat menentukan mana yang ia bisa,masih perlu belajar,paling puas dengan hasilnya dan sebagainya.

"Bisa juga dengan memberikan pertanyaan tambahan yang memandu".

Misalnya:
Ibu dan Bapak Guru mengajak muridnya refleksi saat membagikan hasil tes matematika.

Apa saja hal yang mendukung kamu dalam mengerjakan tes ini?


Kemudian salah satu murid kesulitan menjawab pertanyaan refleksi mengenai hal yang mendukung dirinya dalam mengerjakan tes tersebut.


Ibu dan Bapak Guru dapat membantu dengan memberikan pertanyaan tambahan secara lisan.

Seperti:
-Apa yang membuatmu merasa muda dalam menjawab soal-soal tes ini?

 -Apa yang kamu lakukan sehingga kamu bisa menjawabnya?


"Ibu dan Bapak Guru juga perlu menciptakan suasana yang mendukung"

Refleksi memerlukan keterbukaan murid.Baik pada dirinya sendiri serta guru.


Ibu dan Bapak Guru masih ingat dengan posisi kontrol guru ?


Jika kita masih memerankan posisi kontrol penghukum  atau pembuat rasa bersalah, akan susah membuat murid terbuka untuk refleksi.

Murid cenderung takut dimarahi atau khawatir disudutkan.

Jika Ibu dan Bapak Guru ingat kembali  topik positif,
"Restitusi : metode untuk penyusunan kembali model disiplin di sekolah titik metode ini dapat dipelajari pada Topik Disiplin Positif."

Restitusi juga merupakan proses refleksi.


Jadi lingkungan belajar yang nyaman dan budaya positif disiplin penting untuk mendukung kebiasaan refleksi.


Ibu dan Bapak Guru, sebaiknya

"Tidak memaksa murid jika ia tidak mau menunjukkan hasil refleksinya"

Ingat,
bahwa pelaku dan konsumen utama dari proses refleksi adalah diri sendiri.

Murid punya hak untuk menjaga privasi dari hasil refleksinya.


Kita juga perlu memilah pertanyaan- pertanyaan.Mana yang cukup disimpan oleh murid dalam jurnal pribadinya.

Atau pertanyaan yang bisa didokumentasikan dan dijadikan sebagai portofolio kelas.


Terakhir,kita perlu 
"Mengenali pada fase mana kemampuan murid berada."


Bisa jadi ada murid-murid kita di fase C yang kemampuan refleksinya masih di fase B atau bahkan A.Atau malah menuju ke fase D.

Mungkin juga murid fase A kemampuan refleksinya masih di fase PAUD.

Jika ini terjadi, Ibu dan Bapak Guru perlu memfasilitasi murid tersebut dengan pertanyaan refleksi yang sesuai dengan kemampuannya.

Murid yang belum mencapai sesuai fasenya perlu kita bimbing menuju kemampuan sesuai fasenya.

Murid yang melampaui fasenya perlu kita fasilitasi agar tetap berkembang dan sesuai kebutuhannya.

Untuk memfasilitasi murid dengan kemampuan di jenjang yang berbeda.

Ibu dan Bapak Guru dapat melihat video materi refleksi sebagai bagian dari pembelajaran di PAUD atau jenjang SMP.


Sekarang, mari kita ingat kembali kebiasaan refleksi yang sudah dilakukan selama ini.

Apakah menurut Ibu dan Bapak Guru Sesuai dengan perkembangan murid?

Apakah lingkungan belajar sudah mendukung ?

Kemudian,apa yang bisa kita perbaiki untuk mendukung murid kita menjadi pembelajar yang mandiri dan mendapatkan manfaat dari refleksi ?


Selamat Belajar dan Mencoba Ibu Bapak Guru Hebat!

 Salam dan Bahagia 



Ingat.......

"Ternyata refleksi bukan dilakukan karena kebetulan ada waktu tapi kita perlu mengadakan waktu untuk melakukan refleksi."


(Sumber Video Pelatihan Mandiri di PMM)

Tidak ada komentar:

TUGAS DAN WEWENANG PEGAWAI DI KANTOR CAMAT (KECAMATAN)

  A.    CAMAT Tugas dan wewenang seorang Camat dapat beragam tergantung pada regulasi dan kebijakan yang berlaku di suatu negara atau ...