Sabtu, 28 Desember 2024

DURIAN PUCUK BETUNG

DURIAN PUCUK BETUNG 

Di sebuah, Desa ,dusun kecil bernama Dusun V Seberang Sungai, terdapat pohon durian legendaris bernama "Durian Pucuk Betung." Pohon ini milik seorang pria berambut Ikal, berkumis tipis, dan sering memakai kain sarung lusuh, bernama Andi Bro. Durian Pucuk Betung terkenal dengan ukurannya yang luar biasa besar. Tapi, ada rahasia kelam di balik keindahannya: daging buahnya setipis kulit bawang, sementara bijinya sebesar batu kali.

Meski begitu, Andi Bro punya lidah yang lebih tajam dari duri durian. Ia pandai merayu pembeli dengan kata-kata manis seperti daging duriannya (walau kenyataannya pahit).

Pada suatu sore yang gerimis, datanglah seorang pedagang Cina bernama Koh Heng dengan senyum lebar dan celana pendek khasnya.

"Andi Bro, saya dengar durian kamu terkenal manis dan legit. Saya mau beli lima biji buat bubur, ya," kata Koh Heng, tangannya sibuk menghitung uang di kantong celananya.

Andi Bro memasang wajah sumringah. "Betul sekali, Koh! Durian Pucuk Betung ini beda dari yang lain. Kalau Koh masak jadi bubur jam lima sore, manisnya bisa bikin Koh lupa jalan pulang!"

Tanpa pikir panjang, Koh Heng menyerahkan uang dan membawa lima durian raksasa itu ke warung kecilnya di pasar.

Malam harinya, Koh Heng memasak bubur durian seperti yang Andi Bro sarankan. Ketika durian pertama dibelah, ia terpana.

"APA INI?!" teriak Koh Heng, hampir menjatuhkan durian ke lantai. Isi durian itu terlihat seperti kuning telur yang hampir habis dijilat kucing. Hanya ada daging setipis lembaran plastik, sementara bijinya sebesar bola kasti.

Ia mencoba membuka durian kedua, ketiga, hingga kelima. Hasilnya sama saja. Bubur durian yang ia bayangkan berubah menjadi bubur kekecewaan.

"Saya ditipu! Ini bukan durian, ini biji batu pakai baju kulit durian!" serunya kesal.

Esok paginya, Koh Heng langsung menuju Pondok Andi Bro. Sementara itu, Andi Bro yang sudah mendengar kabar angin kedatangan Koh Heng, langsung pura-pura sibuk menyapu daun di halaman belakang.

Namun, Koh Heng bukan orang yang gampang menyerah. Ia mencari-cari sambil berteriak, "ANDI BRO! KELUAR! Saya mau bicara soal durian kamu!"

Karena tak kunjung muncul, Koh Heng memanggil pohon durian di depan pekarangan Pondok Andi Bro. "Eh, Durian Pucuk Betung, kasih tahu bos kamu! Saya mau uang saya balik, atau saya buat cerita ini viral!"

Pohon durian seolah-olah menggigil mendengar ancaman itu. Daun-daunnya berjatuhan, dan beberapa durian muda terjun bebas ke tanah. Andi Bro, yang tak tahan mendengar amukan Koh Heng, akhirnya keluar dengan wajah bersalah.

"Koh, sabar dulu. Mungkin duriannya memang kecil dagingnya, tapi kan tetap manis?" ucap Andi Bro, mencoba berdalih.

"Manis? Apa gunanya manis kalau isinya cuma angin?! Bubur saya lebih mirip air gula!" Koh Heng memotong dengan tajam.

Sejak kejadian itu, Andi Bro menjadi lebih hati-hati. Ia bahkan sampai menulis papan peringatan di depan Pondoknya:

"DURIAN PUCUK BETUNG: BESAR TAPI TIPIS, BIJI TAPI MANIS."

Tapi pohon durian itu tampaknya puas dengan perannya sebagai biang drama dusun. Tiap kali musim durian tiba, selalu ada cerita baru tentang harapan dan kekecewaan. Sementara itu, Andi Bro berusaha tak lagi bertemu Koh Heng di jalan.

Dan Koh Heng? Ia belajar satu hal penting: jangan pernah percaya durian yang terlalu sempurna. Kadang, yang Ukuran besar dari luar tidak menjamin isi, melainkan tipu daya, atau bagus di pandang dari luar dari dalam berbeda dengan harapan.

Tidak ada komentar:

DIAN LEPET UCI(DURIAN LEPET ISI SEGUCI )

DURIAN SEPIAK/DIAN HIAK  Dahulu kala, di Desa Lubuk Alai, tepatnya di Dusun V Seberang Sungai, berdiri sebuah pohon durian yang menjulang ti...