DURIAN SEPIAK/DIAN HIAK
Dahulu kala, di Desa Lubuk Alai, tepatnya di Dusun V Seberang Sungai, berdiri sebuah pohon durian yang menjulang tinggi. Pohon ini bukan sembarang pohon, melainkan pohon warisan keluarga. Pemiliknya, Andi Broo, sering mengatakan kepada orang-orang, "Durian ini bukan hanya pohon, tapi juga titipan leluhur. Kalau jatuh, pasti membagi sendiri!"
Kisah ini bermula dari leluhur Bibik Angi, ibu mertua Andi Broo. Konon, suaminya, Bernama Rusdi dan Orang Tuanya bernama Wak Lan, dulu adalah seorang petani yang pandai berbicara dengan pohon. Istrinya, Wak Nil, yang dikenal sebagai ahli pembuat kue durian, sering berkata, "Lan suamiku, durian ini nanti akan menjadi berkah untuk keluarga kita. Tapi ingat, jangan serakah. Selalu berbagi."
Wak Lan kemudian menamai pohon itu "Durian Sepiak/Dian Hiak" karena setiap durian yang jatuh selalu membelah menjadi dua bagian yang sama persis, seperti ada sihir. Kalau jatuhnya siang, durian akan mekar seperti bunga, mengeluarkan aroma manis, membuat semua orang yang menciumnya lapar seketika.
Penjaga Durian dan Kehidupan Desa
Andi Broo, bersama istrinya Evi, tinggal di pondok kecil di bawah pohon durian itu. Setiap musim durian tiba, mereka bergantian menjaga buahnya bersama tetangga kebunnya Opet dan istrinya, Siska, yang terkenal dengan suara tingginya yang bisa mengalahkan kokok ayam.
Namun, menjaga durian bukan hal mudah. Pernah suatu malam, Yukan—seorang pria rajin patroli yang sering ketiduran di bawah pohon—nyaris tertimpa durian. Beruntung, durian itu membelah di udara dan jatuh di sisi kanan dan kiri kepalanya. “Lihat, pohon ini menyayangiku!” katanya dengan bangga, padahal itu hanya keberuntungan.
Andi Nyot, tetangga kebun Andi Broo yang lain, sering datang bersama istrinya, Nyot, untuk ikut menikmati durian. Mereka suka membawa sambal terasi, katanya, “Durian dan terasi itu pasangan serasi!” Tapi semua orang tahu, sambal mereka sering terlalu pedas hingga membuat orang lupa rasa legit durian.
Konflik Lucu di Seberang Sungai
Suatu hari, Alek dan Yukan, dua sahabat yang suka adu mulut, memutuskan untuk berjaga bersama. Saat durian jatuh, mereka langsung berebut. “Ini setengahku!” teriak Alek. “Tidak! Yang ini lebih besar, jadi punyaku!” sahut Yukan.
Adu mulut mereka terdengar hingga ke telinga Sandi dan Artati yang tinggal di seberang sungai. Artati, dengan suara lembutnya, berkata, “Durian itu, kalau dibagi tak ikhlas, akan hilang rasanya. Kalau kalian tak berhenti bertengkar, pohon itu mungkin tidak mau berbuah lagi!”
Mendengar itu, Yukan dan Alek terdiam. Mereka lalu sepakat membagi durian secara adil, masing-masing mendapatkan sepiak (setengah).
Durian dengan Jiwa yang Baik
Pohon itu memang unik. Jika malam tiba, daun-daunnya seperti berbicara dalam desiran angin, dan buahnya seakan memiliki jiwa sendiri. Orang-orang percaya, itu karena doa Wak Nil, istri Wak Lan, yang selalu ingin pohon itu menjadi simbol persaudaraan.
Ada kisah menarik tentang Alwi dan istrinya, Imut. Mereka baru saja menikah dan sangat sederhana. Saat musim durian tiba, Alwi mengeluh, “Aku ingin makan durian, tapi tak punya uang.”
Saat itulah, satu durian jatuh tepat di depan mereka. Ketika dibuka, durian itu membelah menjadi dua bagian, seolah berkata, “Makanlah. Ini untukmu.” Imut berkata, “Durian ini seperti memahami hati kita!”
Penutup: Durian Sepiak Menjadi Legenda
Seiring waktu, pohon durian itu menjadi simbol keunikan Dusun V Seberang Sungai,Desa Lubuk Alai. Orang-orang dari desa lain datang untuk melihat keajaiban buahnya. Bahkan, pernah ada pedagang kaya dari kota yang ingin membeli pohon itu dengan harga tinggi, tetapi Andi Broo dengan tegas menolak.
“Durian Sepiak ini bukan untuk dijual. Ini milik kita semua, simbol berbagi dan kebahagiaan,” katanya sambil tersenyum.
Hingga kini, pohon itu masih berdiri kokoh di Dusun V Seberang Sungai,Desa Lubuk Alai. Orang-orang datang tidak hanya untuk menikmati legitnya durian, tetapi juga untuk mendengar cerita tentang keajaiban pohon warisan leluhur. Dan jika beruntung, mereka bisa menyaksikan sendiri bagaimana durian itu jatuh dan membelah dengan sempurna, menjadi "sepiak" bagi dua jiwa yang siap berbagi.
TAMAT
(Hanya Hiburan, Pengalihan yang sering buat Status Saling Hujat di Fb)
πππ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar