Berikut adalah salah satu kisah Abu Nawas yang menghadapi pemimpin yang arogan:
Pada suatu hari, seorang pemimpin daerah yang terkenal arogan mendengar tentang kepintaran Abu Nawas. Ia merasa tertantang dan ingin menguji kecerdikan Abu Nawas dengan harapan bisa mempermalukannya. Pemimpin itu memanggil Abu Nawas ke istananya dan berkata,
"Abu Nawas, aku ingin kau menjawab pertanyaanku. Jika kau gagal menjawab, aku akan menghukummu!"
Abu Nawas yang bijak menjawab dengan tenang,
"Tentu, Yang Mulia. Apa pertanyaan Anda?"
Pemimpin itu berkata dengan nada sombong,
"Mana yang lebih penting, aku atau rakyatku?"
Abu Nawas tersenyum mendengar pertanyaan itu dan dengan santai menjawab,
"Yang lebih penting tentu saja rakyatmu, Yang Mulia."
Pemimpin itu terkejut dan merasa tersinggung. "Beraninya kau mengatakan rakyatku lebih penting daripada aku! Jelaskan alasanmu, atau kau akan dihukum!"
Abu Nawas dengan bijak menjelaskan,
"Yang Mulia, rakyat adalah pondasi kekuasaan Anda. Tanpa rakyat, tidak akan ada pemimpin. Rakyatlah yang bekerja, membayar pajak, dan mendukung pemerintahan Anda. Seorang pemimpin hanya dihormati jika ia melayani rakyatnya dengan baik. Jadi, tanpa rakyat, kepemimpinan Anda tidak akan berarti apa-apa."
Mendengar penjelasan itu, pemimpin tersebut terdiam. Ia tidak bisa membantah logika Abu Nawas. Setelah merenung, ia akhirnya berkata,
"Abu Nawas, kau benar. Aku telah bertindak arogan selama ini. Aku akan berusaha menjadi pemimpin yang lebih baik bagi rakyatku."
Abu Nawas pun pulang dengan selamat, meninggalkan pelajaran berharga bagi pemimpin tersebut bahwa kekuasaan sejati berasal dari melayani, bukan sekadar memerintah.
Cerita ini mengajarkan pentingnya kerendahan hati bagi pemimpin serta kecerdasan Abu Nawas dalam menghadapi keangkuhan dengan cara yang bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar