ODONG-ODONG RASA BANDUNG
Hari itu, 15 camat Kabupaten Rejang Lebong sedang mengadakan rapat koordinasi di Bandung. Setelah rapat yang berlangsung tegang karena perdebatan soal siapa yang paling paham kuliner khas Bandung,Pak Hantoni,sang camat Bermani Ulu yang dikenal sering lapar di waktu tak tepat, mengusulkan untuk jalan-jalan santai menuju Masjid Al-Jabar. "Sekalian kita cari angin segar. Udara Bandung ini lebih enak daripada AC kantor!" ujarnya dengan semangat.
Dengan langkah penuh semangat dan wajah ceria, rombongan camat berjalan santai. Namun, baru beberapa langkah, di depan mereka meluncur sebuah odong-odong berwarna-warni dengan musik dangdut remix. Sopirnya, seorang pria berusia sekitar 30-an dengan senyum lebar yang seolah bisa menjual mimpi, tiba-tiba berteriak, "Ayo naik, bapak-ibu pejabat! Saya antar ke Masjid Al-Jabar. Jauh lho dari sini, nanti capek kalau jalan!"
Pak Helvin Elkadarido,Camat Curup Timur, yang terkenal suka mencoba hal baru, langsung antusias. "Wah, keren nih! Kapan lagi kita naik odong-odong rame-rame? Yuk, semuanya naik!"
"Bayar dulu, ya. Cuma Rp10.000 per orang!" kata si sopir sambil mengibas-ngibaskan tiket kecil berwarna merah.
Tanpa pikir panjang, seluruh camat naik ke odong-odong dengan penuh semangat. Lagu dangdut remix "Ojo Dibandingke" menggema, membuat suasana makin riuh.Pak R. Gunawan Wibisono,Camat Curup, bahkan terlihat berjoget kecil sambil berpegangan pada atap odong-odong.
Setelah meluncur sekitar 15 detik, Ibu Mailinda,Camat Selupu Rejang, mulai curiga. "Eh, kok masjidnya kayaknya dekat banget, ya? Tadi aku lihat dari sini cuma beberapa langkah!"
Namun, si sopir dengan percaya diri berkata, "Oh, itu cuma kelihatannya dekat, Bu. Kalau jalan kaki bisa satu jam, lho! Ini jalan muter."
Sementara itu,Pak Zainudin,Camat Binduriang, yang duduk paling belakang, mulai mengeluh. "Aduh, ini odong-odong goyang-goyang, pinggangku jadi pegel!"
"Tenang, Pak! Nikmati saja perjalanan ini!" sahut Pak Sukaesih,Camat Kota Padang, yang mencoba menenangkan.
Setelah berputar-putar sekitar tiga menit (dan melewati jalan yang sama tiga kali), mereka akhirnya tiba di depan Masjid Al-Jabar.Ibu Eliyenti, Camat Sindang Kelingi, turun lebih dulu, dan saat menjejakkan kaki ke tanah, dia terkejut. "Lho, kok ini titik awal kita naik tadi?"
Semua camat langsung menoleh ke arah pintu masjid yang ternyata hanya 30 langkah dari tempat awal mereka naik. Mata mereka membelalak. Raut wajah kaget dan bingung pun memenuhi rombongan.
"Astaga, kita bayar Rp10.000 per orang untuk muter-muter nggak jelas?!" seru Pak Anton,Camat Sindang Dataran.
"Pak sopir! Ini kan cuma muter-muter dekat sini, kok bilang jauh?!" tanya Pak Redo Krisyanto, Camat Padang Ulak Tanding, dengan nada kecewa.
Namun, si sopir hanya tertawa santai. "Ah, bapak-ibu jangan serius banget. Itu kan hiburan. Lagipula, kapan lagi camat-camat naik odong-odong bareng sambil joget?"
Semua camat terdiam sesaat, lalu mendadak pecah tawa. Usman Alamsyah, Camat Sindang Beliti Ulu, bahkan sampai memegangi perutnya sambil berkata, "Ya Allah, ini pengalaman konyol tapi nggak bakal kita lupakan!"
Akhirnya, seluruh camat sepakat untuk menganggap kejadian itu sebagai pelajaran: jangan percaya penuh pada sopir odong-odong. Sementara itu, Diana Wijaya, Camat Curup Tengah, menambahkan, "Tapi ya, buat lucu-lucuan sih, ini asyik juga. Sekali-sekali, pejabat juga perlu jadi korban prank!"
Rombongan pun tertawa terbahak-bahak lagi sebelum melangkah masuk ke Masjid Al-Jabar—kali ini tanpa odong-odong.
Tamat
Hanya Hiburan
😁😁🤭🤭
Tidak ada komentar:
Posting Komentar