Cerita Lucu: Petualangan Odong-Odong 9 Camat di Masjid Al-Jabar
Pagi itu, suasana ceria mengiringi perjalanan sembilan camat dari Rejang Lebong ke Bandung. Mereka semua sepakat untuk mengunjungi Masjid Al-Jabar, masjid megah yang baru viral di media sosial. Rombongan dipimpin oleh Pak Hantoni, Camat Bermani Ulu, yang terkenal dengan mottonya, "Perjalanan jauh? Santai, yang penting sampai!"
Setibanya di kompleks Masjid Al-Jabar, mereka disambut oleh seorang pria paruh baya dengan topi merah, senyum lebar, dan kendaraan odong-odong warna-warni yang gemerlap seperti kembang api malam tahun baru.
"Pak Camat, rombongan ini pasti capek, kan? Mau nggak saya antar keliling masjid? Dari sini ke pintu utama jauh, Pak, kira-kira dua kilometer," ucap si tukang odong-odong, sambil menunjuk ke arah masjid yang menjulang megah di depan mereka.
Pak Amlianto, Camat Bermani Ulu Raya, langsung mengangguk. "Boleh juga tuh, daripada kita lelah jalan kaki. Ayo, rombongan, naik dulu!" serunya dengan semangat.
Sembilan camat yang semuanya berpenampilan rapi, dengan peci hitam dan sepatu mengilap, pun naik ke odong-odong itu. Tentu saja, kendaraan tersebut langsung terlihat penuh sesak, seperti sarden yang dipaksa masuk ke kaleng.
"Berangkat!" kata si tukang odong-odong sambil menarik gas. Musik dangdut remix pun bergema, "Cendol dawet, cendol dawet…" mengiringi perjalanan mereka.
Namun, sesuatu yang aneh mulai terasa. Setelah lima menit odong-odong berputar-putar, Masjid Al-Jabar tetap terlihat dari sudut yang sama. Pak Rudy Tarmizi, Camat Curup Selatan, mulai curiga.
"Pak Hantoni, kok kayaknya kita muter-muter di tempat yang sama, ya?" bisiknya.
"Ah, tenang aja, Pak Rudy. Ini pasti jalan pintas," balas Pak Hantoni sambil menyesap teh botol yang entah bagaimana bisa muncul di tangannya.
Sementara itu, Pak Helvin Elkadarido, Camat Curup Timur, yang duduk di belakang odong-odong, melongok ke luar. "Lho, itu kan mobil kita yang tadi parkir? Kok masih di situ?"
Pak Redo Krisyanto, Camat Padang Ulak Tanding, yang terkenal paling kritis, langsung berteriak, "Berhenti, berhenti! Ini nggak benar!"
Odong-odong pun berhenti mendadak, membuat peci Pak Debi Jonson, Camat Sindang Beliti Ilir, terbang ke depan. "Waduh, peci saya malah jadi korban!" serunya sambil memungut pecinya yang jatuh di jalan.
Pak Usman Alamsyah, Camat Sindang Beliti Ulu, akhirnya turun dan menghampiri si tukang odong-odong. "Pak, ini kok kita cuma muter-muter? Itu pintu masjid cuma 30 langkah dari tempat kita naik tadi!" ujarnya, menunjuk ke arah pintu masjid yang sudah terlihat jelas.
Si tukang odong-odong hanya cengengesan. "Iya, Pak. Tapi kan Bapak-Bapak dan Ibu jadi punya pengalaman naik odong-odong. Itu jarang lho, apalagi buat orang terpandang seperti kalian!"
Pak R. Gunawan Wibisono, Camat Curup, yang biasanya paling tenang, akhirnya buka suara dengan nada gemas. "Pengalaman apa, Pak? Ini mah pengalaman dikerjain! Terus ongkosnya gimana?"
Si tukang odong-odong dengan santai menjawab, "Rp10.000 per orang aja, Pak. Itu udah harga diskon khusus buat camat."
Sembilan camat pun terdiam sejenak, lalu serentak tertawa terbahak-bahak. "Yasudah, anggap saja ini sedekah buat ekonomi lokal!" kata Ibu Mailinda, Camat Selupu Rejang, sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
Akhirnya, mereka berjalan kaki menuju masjid sambil bercanda tentang kejadian kocak itu. "Ini pelajaran penting: jangan mudah percaya sama odong-odong!" ujar Pak Hantoni, yang membuat semuanya tertawa lagi.
Dan begitulah, perjalanan sembilan camat ke Masjid Al-Jabar berakhir dengan cerita lucu yang akan terus mereka kenang dalam setiap rapat berikutnya.
Tamat
(Hiburan)
😁😁😁
Tidak ada komentar:
Posting Komentar