PERJALANAN KECIL USMAN ALAMSYAH: Didikan Keras Sang Ibunda
Hidup adalah perjalanan yang penuh ujian, dan bagi Usman Alamsyah, ujian itu telah dimulai sejak ia masih sangat belia. Tumbuh dalam asuhan seorang ibu yang tangguh, Iman Caya, Usman kecil merasakan kerasnya kehidupan sejak dini. Sang ibu, seorang wanita perkasa yang harus menghidupi dan membesarkan empat anak seorang diri di usia muda, membentuk dirinya menjadi pribadi yang kuat. Tidak ada keluhan, tidak ada kata menyerah. Hanya ada kerja keras dan keteguhan hati.
Ketika Usman Alamsyah memasuki bangku kelas 1 SD, dunia baginya tidak hanya sebatas sekolah dan bermain. Sejak pagi hingga siang, ia adalah seorang murid yang rajin, tetapi begitu lonceng sekolah berbunyi, ia menjelma menjadi seorang pekerja keras. Ibundanya tidak pernah memberikan sesuatu secara cuma-cuma. Jika Usman menginginkan baju baru, ibunya hanya menunjuk ke kebun kopi. Itu adalah isyarat bahwa ia harus bekerja untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Bersama kakak-kakaknya, Usman kecil menjalani musim panen kopi dengan penuh perjuangan. Setiap anak memiliki beban sesuai dengan kekuatannya. Ayunda Lamcaya membawa satu karung kecil, Kakanda Nata Kusuma satu di kurangi sedikit l, dan Usman sendiri menanggung satu karung tepung penuh biji kopi lalu memasuki dalam berunang.Selesai Panen Kopi l,lalu di jemur di atas Pelapon tempat penjemuran kopi supaya tidak repot saat hujan dan biji kopi lebih kebiruan, untuk memastikan hasil panennya siap dijual. Musim kopi bukan hanya tentang kerja keras, tetapi juga tentang kebersamaan dalam keluarga, berbagi tawa dan lelah di bawah langit senja yang perlahan berubah jingga.
Tak hanya kopi yang menjadi saksi ketangguhan Usman kecil. Suatu hari, ketika Ayunda Susilawati panen jahe, Usman ikut membantu dengan menjadi tenaga upahan, mengangkut jahe dari kebun. Keringat bercucuran di wajahnya yang masih belia, tetapi ia tak mengeluh. Setiap langkah yang ia ambil menuju rumah membawa satu arti: tanggung jawab.
Saat musim kedondong tiba, Usman tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan penuh semangat, ia membawa buah kedondong ke sekolah dan menjualnya kepada teman-temannya. Tidak ada rasa malu, tidak ada gengsi. Baginya, ini adalah bagian dari perjuangan hidup yang harus ia jalani. Dari hasil penjualan kedondong, ia bisa membantu ibunya dan mendapatkan sedikit uang untuk keperluan sekolah.
Di balik semua kerja keras itu, ada satu pelajaran berharga yang ditanamkan oleh sang ibunda: hidup tidak akan memberikan apa pun dengan cuma-cuma. Setiap tetes keringat, setiap usaha, akan membentuk karakter seseorang. Iman Caya bukan hanya seorang ibu, tetapi juga seorang guru kehidupan bagi anak-anaknya. Ia adalah perempuan yang ditempa keadaan, menjadi lebih kuat dari kebanyakan lelaki. Ketegasannya bukan tanpa alasan, melainkan demi masa depan anak-anaknya.
Usman Alamsyah kecil mungkin tidak memiliki kemewahan, tetapi ia memiliki sesuatu yang lebih berharga: semangat pantang menyerah, didikan keras dari ibunda, dan pengalaman hidup yang menjadikannya sosok yang kuat. Perjalanannya sejak kecil membentuk dirinya hingga kini, seorang pemimpin yang memahami arti kerja keras dan perjuangan.
Kisah ini bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi sebuah inspirasi bagi siapa saja yang membacanya. Bahwa di balik setiap keberhasilan, ada perjalanan panjang yang harus dilalui dengan keringat, air mata, dan doa. Karena hidup tidak akan memberi kemudahan, tetapi ia akan memberikan kesempatan bagi mereka yang mau berjuang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar