Jumat, 14 Maret 2025

SALAH PAHAM DENGAN KATA KAYO

SALAH PAHAM DENGAN KATA KAYO

Di suatu pagi yang cerah di sebuah desa di Lembak Beliti, Uda Kun, seorang perantau asal Sumatra Barat, sedang duduk di depan rumah panggung sederhana yang ia tempati sementara. Baru seminggu ia merantau ke daerah ini untuk berdagang rendang dan makanan khas Minang lainnya. Namun, ia masih merasa asing dengan bahasa dan kebiasaan masyarakat setempat.

Tiba-tiba, datanglah Bedu, seorang pria asli Lembak Beliti, yang dikenal ramah tapi kadang suka ceplas-ceplos. Bedu datang dengan wajah serius, menggendong ember besar sambil membawa pancingan. Ia berhenti di depan rumah Uda Kun.

"Kun, ayo kayo!" seru Bedu lantang sambil melambaikan tangan.

Mendengar itu, Uda Kun langsung bangkit dari duduknya, menatap Bedu dengan kening berkerut. "Eh, apa maksud kau bilang aku kayo?" tanyanya dengan logat Minang yang kental.

"Iyo, kayo. Cepatlah siap-siap! Kita kayo sekarang!" jawab Bedu, lebih semangat lagi.

Uda Kun semakin bingung. Ia merasa Bedu sedang menyindirnya sebagai orang kaya. Dalam hati, ia berpikir, "Dari mana pula dia tahu aku orang kaya? Duitku saja pas-pasan buat dagang!" Namun, sebagai orang Minang, harga diri harus tetap dijaga.

"Eh, tunggu dulu, Bedu! Aku ini orang biasa, bukannya kayo! Kok kau suka-suka bilang aku kayo? Kau menghina, ya?!" balas Uda Kun dengan nada tinggi, sambil menunjuk Bedu.

Bedu malah bengong mendengar respons Uda Kun. "Hah? Menghina gimana, Kun? Aku cuma ngajak kayo! Kau ini marah-marah kenapa pula?"

Situasi mulai memanas. Bedu mulai emosi karena merasa niat baiknya disalahartikan.

"Kalau kau nggak mau kayo, bilang saja! Jangan pula kau buat ribut pagi-pagi begini!" teriak Bedu sambil menghentakkan embernya ke tanah.

"Aku bilang, aku bukan kayo! Kau itu yang sembarangan ngomong! Kalau aku kayo, sudah beli rumah besar di sini!" bentak Uda Kun, matanya melotot penuh amarah.

Saat perdebatan semakin seru, datanglah Murni, tetangga sebelah rumah yang juga kebetulan kenal baik dengan Bedu. Ia membawa sebakul jemuran sambil melongok ke arah mereka.

"Apa pula ribut-ribut ini pagi-pagi? Memalukan saja kalian!" seru Murni sambil mendekat.

"Ini, si Kun marah-marah karena aku ngajak kayo! Padahal aku cuma mau ngajaknya ke sungai," jelas Bedu dengan wajah merah karena kesal.

"Kau ini, Murni, dengar dia! Dia bilang aku kayo! Mana ada aku orang kaya!" tambah Uda Kun, masih dengan nada tinggi.

Murni langsung menahan tawa, tapi ia mencoba tetap serius karena kedua lelaki itu sudah seperti ayam siap sabung. "Astaga, kalian ini rupanya salah paham besar!"

Murni menghela napas panjang sebelum mulai menjelaskan. "Dengar baik-baik, Kun. Di sini, ‘kayo’ itu artinya pergi ke sungai. Bukan berarti kau orang kaya! Bedu cuma ngajak kau pergi ke sungai, bukan mau bilang kau hartawan!"

Uda Kun terdiam sejenak. Lalu, dengan muka merah padam, ia menatap Bedu. "Jadi... kayo di sini bukan kaya?" tanyanya, memastikan.

"Betul, Kun! Aku cuma mau ngajak kau cari ikan di sungai. Apa pula urusan aku ngomong kau orang kaya!" jawab Bedu dengan nada kesal, tapi lega.

Uda Kun merasa malu setengah mati. Ia menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal sambil tertawa kecil. "Ampun, Bedu. Rupanya aku salah tangkap! Hahaha! Kirain kau sedang nyindir aku!"

Bedu akhirnya ikut tertawa, meskipun masih sedikit sebal. "Hadeh, Kun, Kun... lain kali tanya dulu, jangan langsung marah! Dasar orang baru!"

Murni pun tak kuasa menahan tawa lebih lama. "Kalian ini bikin pagi-pagi jadi hiburan gratis saja. Sudahlah, ayo kayo sana! Tapi jangan berantem lagi, ya!"

Akhirnya, Uda Kun dan Bedu berangkat ke sungai bersama, sambil terus saling menggoda. Uda Kun bahkan tak henti-hentinya meminta maaf kepada Bedu.

Sejak kejadian itu, setiap kali Bedu mengajak Uda Kun kayo, mereka berdua pasti tertawa dulu mengingat kesalahpahaman yang konyol itu. Bahkan, cerita mereka jadi bahan lelucon di desa, membuat semua orang terhibur. 

Tamat 

(Hiburan)
😁😁😁🙏🙏🙏

Tidak ada komentar:

NAMA YANG MENJADI TAKDIR

Matahari bersinar malu-malu di Desa Lubuk Alai Kecamatan Sindang Beliti Ulu. Angin berhembus lembut, seakan membelai dedaunan yang menari pe...