Takdir yang Kupeluk dengan Ikhlas
----------------------------------------------------
Langkah ini kadang menapak di jalan terang,
kadang pula terperosok dalam lumpur gelap.
Takdir datang seperti hujan yang tak bisa ditolak,
namun tanganku tetap menengadah,
mencari doa di sela rintik yang jatuh.
Nasib berbisik dari balik jendela malam,
"Aku bukan musuh, hanya cermin perjuanganmu."
Aku pun belajar merajut sabar,
seperti petani yang tetap menanam,
meski awan hitam mengancam sawahnya.
Ikhlas… bukan berarti berhenti melangkah,
tetapi menerima arah angin,
sambil tetap mengemudikan layar perahu.
Sebab doa adalah dayung,
dan usaha adalah layar yang menolak karam.
Wahai takdir,
jika engkau pahit, biarlah aku telan dengan senyum,
sebab setiap kepahitan menyimpan obat,
dan setiap luka adalah guru yang bijak.
Aku percaya,
di balik jalan terjal yang menggores kaki,
ada taman teduh tempat jiwa beristirahat.
Dan di ujung doa yang kusulam setiap malam,
Allah menyimpan jawaban,
yang selalu lebih indah dari dugaanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar